Meriam Ki Amuk, Sejarah Dan Keunikanya

Meriam Ki Amuk, Sejarah Dan Keunikanya
Meriam Ki Amuk

Meriam Ki Amuk adalah salah satu Peninggalan Kerajaan Banten yang masih ada hingga saat ini, meriam tersebut kini berda di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten, jadi jika anada mengunjungi Banten Lama maka jangan lupa untuk mampir ke Museum tersebut.

Meriam Ki Amuk menurut Fajar Satya Burnama seorang  Kepala Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, banyak para wisatawan yang datang berkunjung kesana dan dibuat penasaran oleh Meriam tersebut.

Ada mitos yang berkembang dikalangan masyarakat, konon apabila ada orang yang berhasil memeluk Meriam Ki Amuk maka keinginanya akan terkabulkan.

Kemudian ada pula mitos orang yang bisa melempar koin dan bisa mendarat tepat di lubang meriam niscaya akan memperoleh harta yang banyak, urban legend dibanten ini menarik para wisatawan berkunjung ke Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.

Dan terkadang ada juga anak sekolah yang berkunjung ke banten lama ( Study banding) , selain anak sekolah, ada banyak juga wisatawan asing yang datang untuk melakukan penelitian tentang sejarah Banten Lama. 

Para pelancong (wisatawan/penziarah) yang datang ke situs purbakala ini bukan hanya dari Banten saja melainkan luar daerah seperti, Bnadung, Jakarta, Bogor, Cirebon dan wilayah lainya, bahkan ada yang dari Pulau Sumatera dan luar negeri yakni Jepang dan Prancis dll yang sedang melakukan sebuah penelitian.

Untuk barang peninggalan Kesultanan Banten Lama yang ada di Museum sampai saat ini belum ada perubahan atau penambahan dari penemuan penelitian.

Uniknya di Museum ini tidak hanya barang-barang hasil temuan tim peneliti saja, banyak barang-barang pemberian warga yang dianggap peninggalan sejarah dan di titipkan/ditempatkan ditempat ini.

Menurut keduanya jika menelisik kata-kata dan simbol-simbol jawa yang ada di meriam maka pendapat Ki Amuk berasal dari Demak bisa diterima namun justru yang ada di Badannya adalah kata-kata/tulisan Arab.


Banyak wisatawan yang mengunjungi Banten Lama dan mampir untuk sekedar berfoto atau memperlajari sejarah di Museum tersebut.

Nah pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Meriam Ki Amuk yang menjadi warisan berharga dari Kerajaan Banten, berikut ini penjelasanya.

Sejarah Meriam Ki Amuk

Sejarah meriam ki amuk cukup banyak pendapat dari para pakar yang terlah meneliti meriam tersebut, berikut ini adalah pendapat para ahli mengenai Meriam Ki Amuk.

  • menurut  K.C. Crucq 


bahwa nama meriam Ki Amuk  terdapat pada sebuah peta Banten pada abad pertengahan ke-17. Pada peta itu ada nama meriam yang bernama "t Desperant" yang, oleh Curcq dianggap sebagai terjemahan dari Ki Amuk.

K.C Crucq memberikan pandanganya mengenai inskripsi/tulisan arab yang berada di Meriam Ki Amuk, jumlahnya semua ada tiga yang pertama dan kedua berhasil di terjemahkan yakni sebagai berikut :
  • Penghujung yang baik adalah keselamatan iman
  • Tiada pemuda seperti itu selain Ali, tiada pedang selain dhu L-fiqar. Hendaklah engkau bersabar dalam takwa sepanjang masa kecuali ..... (tidak bisa dibaca)

Dari analisi inskripsi arab tadi bisa kita simpulakn jika Meriam ini memiliki pesan-pesan atau seloka yang membuatnya terkesan mistis.


Menurut Crucq di Banten banyak di temukan meriam besi kemungkinan dibuat oleh Sultan Koja Zainal untuk mendukung Demak karena memiliki kemiripan dengan senjata Portugis. Kemudian  Sultan Demak menghadiahkan sebuah meriam kepada Hasanuddin dan di bawa pulang ke Banten lalu di berinama  meriam Ki jimat sebagai penghormatan.

Baca Juga : Sejarah Masjid Agung Banten

Atas dasar ini K.C.Crucq Amulet menghubungkan dengan meriam Ki Amuk dan tahun ini diperkirakan 1450 Saka (AD 1528/9). Namun, argumen yang disampaikan oleh Crucq tampaknya tidak cukup meyakinkan kebanyakan peneliti.

  • Menurut Claude Guillot dan Ludvick

Teks 1 dan dua diperkirakan sebagai sengkalan yang artinya tahun 1450 saka atau 1527-1529 M, sebagai orang menganggap angka yang tertulis adalah tahun pemindahan meriam dari Demak ke Banten. namun argumen ini ditolak oleh Giillot dan L.C Damais.

Menurut keduanya jika menelisik kata-kata dan simbol-simbol jawa yang ada di meriam maka pendapat Ki Amuk berasal dari Demak bisa diterima namun justru yang ada di Badannya adalah kata-kata/tulisan Arab.

Claude Guillot dan Ludvick Kalus (2008) dalam studinya tentang prasasti meriam Ki Amuk, pendapat Crucq yang mengatakan bahwa meriam ini dibuat pada awal abad ke-16 dan peleburannya dilakukan di Jawa sangat di ragukan. Menurut Guillot dan Kalus, prasasti, ornamen ukiran, gelang yang mengangkat membutuhkan penguasaan teknis yang besar belum menemukan kasus serupa di nusantara pada waktu itu.


  • menurut Valentijn



meriam Ki Amuk merupakan hadiah pernikahan Sultan Hasanuddin yang menikahi putri Sultan Demak yang di berikan oleh Sultan Demak sendiri .

  • Menurut Mendez Pinto 


pada dokumennya mengatakan bahwa ketika ada perang antara Demak melawan Panarukan (Pasuruan), ada sejumlah senjata yang dibawa oleh para aktor, termasuk sebuah meriam yang disebut meriam Leoes Ki Amuk . Senjata yang di buat oleh orang-orang Turki dan Aceh dipimpin oleh seorang empu, yaitu seorang pembelot Portugis bernama Koja Zainal.

Perbedaan pendapat mengenai meriam Ki Amuk, beberapa peneliti selalu mengkaitkan dengan meriam Ki Jimat.

Ukuran Meriam Ki Amuk


Meriam Ki Amuk cukup besar dan disimpan di Museum Situs Kepurbakalaan Banten pada halamannya. Meriam Ki Amuk memiliki Ukuran 341 cm, 66 cm diameter belakang, mulut atau diameter 60 cm luar dan dalam mulut 32 cm. Lebar penonjolan 1,15 m. Sedikit berbeda K.C. Crucg yang menyebutkan Ki Amuk per barel memiliki panjang 3,45 m, ukuran 31 cm dan berat sekitar 6 ton.

Ukiran Meriam Ki Amuk


Satu hal yang menarik dari meriam Ki Amuk yakni adanya inskripsi atau ukiran berhuruf Arab pada tubuh meriam, tepatnya berada di komponen atas atau punggung meriam. Jumlah inskripsi atau ukiran yang terdapat pada meriam Ki Amuk sebanyak tiga yang tertulis dalam lingkaran medalion. 

Pembacaan inskripsi berhuruf Arab pada meriam Ki Amuk telah dibaca oleh sebagian pakar seperti K.C. Crucg, L.C. Damais, dan Claude Guillot bersama Ludvic Kalus. Hasil pembacaan ukiran itu oleh para pakar yang demikian pembacaanya disempurnakan Asep Saefullah (2011).

  • Inskripsi 1

Inskripsi/tulisan ukiran pertama dalam  hiasan meriam Ki Amuk ini ,berdiameter 10 cm berada dekat dari bibir meriam. Di sini terdapat aksara berhuruf Arab sebanyak dua baris.
Meriam Ki Amuk, Sejarah Dan Keunikanya
Gambar Inskripsi 1

  • Inskripsi 2

Inskripsi/tulisan ukiran kedua dalam hiasan Meriam Ki Amuk ini,berdiameter 12 cm, letaknya di bagian tengah tubuh meriam sebelah atas, atau diantara dua medalion. Di bagian ini juga ada 2 baris tulisan aksara Arab.
Meriam Ki Amuk, Sejarah Dan Keunikanya
Gambar Inskripsi 2


  • Inskripsi 3


Inskripsi/tulisan ukiran ketiga dalam hiasan Meriam Ki Amuk ini berdiameter 13 cm, letaknya dekat dengan lubang sumbu meriam atau bagian ujung belakang meriam. Dalam hiasa  ini ada empat baris tulisan aksara Arab. 

Dari baris pertama-baris ketiga dapat di baca dengan jelas tulisanya, kemudian tulisan pada baris keempat huruf-hurufnya tidak begitu jelas. Pada kajian  Asep Saefullah dapat membaca semua tulisan pada inskripsi ini.
Meriam Ki Amuk, Sejarah Dan Keunikanya
Gambar Inskripsi 3


Demikianlah sedikit bahasan mengenai Meriam Ki Amuk yang legend itu, semoga bermanfaat untuk kita semua dan semakin menambah wawasan kita akan Sejarah, mohon maaf apabila ada kesalahan, dan share artikel ini keteman-teman kalian agar mereka tau tentang sejarah, sekian dan terimakasih sudah mengunjungi Blog ini.