Uraian Sultan Ageng Tirtayasa Lengkap

Uraian Sultan Ageng Tirtayasa Lengkap
Lukisan Sultan Ageng Tirtayasa


Sultan Ageng Tirtayasa adalah Sultan Banten Ke 5 menggantikan kakenya yaitu sultan Abdul Mufakir, beliau adalah salah satu Pahlawan Nasional yang berasal dari Banten, berdasarkan keputusan presiden.

Nah, lantas bagai mana sejarah lengkap Sultan Ageng Tirtayasa ini, mari kita bahas dari sejarah, membawa Banten mencapai puncak kejayaan hingga wafatnya.

Biografi Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa memiliki gelar Pangeran Surya, ayahnya bernama Abu Al-ma’ali Ahmad, sultan Ageng Tirtayasa adalah cucu dari Sultan Abdul Mufakhir, ia naik tahta menjadi Sultan Banten menggantikan kakenya, disusia 20 tahun pada tahun 1651 yang mana sebelumnya ia diangkat menjadi Sultan Muda bergelar Pangeran Adipati.

Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta di Kesultanan Banten pada tahun 1651 - 1683. Ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Kala itu, diterapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten oleh pihak VOC, lalu Sultan Ageng Tirtayasa menolak perjanjian tersebut dan menetapkan Banten sebagai pelabuhan terbuka.

Baca Juga : Sejarah Masjid Agung Banten

Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa mempunyai ambisi untuk menjadikan kesultanan Banten menjadi sebuah kerajaan Islam terbesar di nusantara.

Membawa Banten Mencapai Puncak Kejayaan


Di masa Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan, puncak kejayaan Banten terdiri dari:

  • Bidang Ekonomi


Pada bidang ekonomi, di masa Sultan Ageng Tirtayasa berupaya meningkatkan kemakmuran rakyat dengan cara membuka persawahan baru dan mengoptimalkan fungsi irigasi. Selain Hal tersebut, Sultan Ageng Tirtayasa juga berhasil melakukan monopoli perdagangan di Bengkulu.


  • Bidang Politik dan Kekuasaan



Pada bidang ini Sultan Ageng Tirtayasa melakukan invansi kebeberapa daerah dan berhasil melakukan monopoli perdagangan di Bengkulu dan pada 1661 Sultan Ageng Tirtayasa mengirim armada laut yang besar untuk melakukan invansi ke Kerajaan Tanjung Pura di Kalimantan, dan berhasil menaklukanya.

Terjadi Perang Saudara

Ketika terjadi perebutan kekuasaan antara kedua anaknua yaitu Sultan Haji dan Pangeran Purbaya, Belanda melakukan politik adu domba  dengan strategi bersekutu dengan Sultan Haji dengan tujuan melengserkan Sultan Ageng Tirtayasa dari jabatanya.

Memgetahui anaknya yaitu Sultan Haji bekerja sama dengan pihak VOC membuat sultan Agen Tirtayasa naik pitam, dia marah besar kepada anaknya Hingga suatu ketika Sultan Ageng Tirtayasa menyerang pasukan Sultan Haji di keraton Sorosowan, Belanda tidak tinggal diam langsung menolong Sultan Haji danmengirim bantuan berpa pasukan yang dipimpin oleh seorang bernama Kapten Tack dan Saint-Martin.

Peperangan sengitpun terjadi, tetapi dalam perang ini Sultan Ageng Tirtayasa Mengalami kekalahan.

Alasan Sultan Ageng Tirtayasa Melakukan Perlawanan


Perlawanan yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa Disebabkan alasan sebagai berikut:
  • VOC mulai memainkan monopoli perdagangan.
  • VOC mencampuri urusan internal Istana
  • VOC mengadu domba Sultan haji dengan Kakak nya agar tertadi perebutan kekuasaan
  • VOC membantu Sultan Haji mengkudeta Sultan Ageng Tirtayasa
Itulah beberapa alasan dari berbagai macam alasan perlawanan yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa

Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa


Dari beberapa alasan yang telah dikemukakan diatas, menjadi latar belakang perlawanan rakyat Banten yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa pecah, bermula disaat Sultan Haji dengan bantuan VOC mencoba untuk mengkudeta ayahnya sendiri.

Sultan Ageng berhasil dikudeta dan Kraton Surosowan berhasil dikuasai Sultan Haji dan VOC, pada tanggal 27 Februari 1681 Sultan melakukan serangan ke Surosowan dan berhasil merebut kembali keraton Banten tersebut.

Melihat kondisi Sultan Haji yang sedang terdesak, VOC merespon dengan mengirimkan pasukan besar pada tanggal 7 April 1682 guna membantu Sultan Haji, dengan pasukan dipimpin oleh Francois Tack, De Saint Martin dan Jonker, mereka ini adalah orang-orang yang berhasil menumpas pemberontakan Trunojoyo 1679.

Belanda melancarkan serangan balik mengepung Surosowan dan benteng Istana , namun pertahanan Sultan Ageng Tirtayasa yang dibantu pasukan dari Makassar, Bali dan Melayu masih bisa bertahan dari serangan VOC tersebut.

Markas Besar Sultan Ageng Tirtayasa berada di Margasana, berisi sekitar 800 orang dibawah pimpinan Pangeran Suriadiwangsa, kemudian pertahanan selanjutnya berada di Kademangan dengan kekuatan sekitar 1200 prajurit yang di pimpin oleh Arya Wangsadiraja.

Selain dikedua tempat tersebut ada lagi di Kenari dibawah pimpinan Pangeran Yogya dengan kekuatan sekitar 400 prajurit, di Kertasana dengan kekuatan 120 prajurit dibawah komando Kyai Arya Jungpati, di Serang dengan kekuatan 400 prajurit, di Jambangan sekitar 500 prajurit, 100 orang di Bojonglopang dan 500 prajurit di Tirtayasa.

Meskipun dengan pertahanan yang berlapis namun serangan VOC dengan kekuatan besar mampu mendesak pasukan Sultan Ageng Tirtayasa, yang mana akhirnya daerah Margasan, Tanggerang dan Kacarubuan berhasil dikuasai VOC.

Kemudian Sultan Ageng Tirtayasa membangun basis pertahananya di Tirtayasa dengan membangun pertahanan di Tanara dan Pontang, tetapi lagi-lagi kekuatan besar VOC sulit untuk dibendung dan akhirnya wilayah Kedemangan jatuh ketangan penjajah pada tanggal 2 Desember 1682, dan kini pertahan rakyat Banten hanya tersisa di Tirtayasa.

Akibat jatuhnya kedemangan membuat mental para pasukan mengalami penurunan, banyak diantaranya mengungsi ke Ciapun, Jasinga, dan Pangutan, kemudian pada tanggal 28 Desember, VOC melakukan serangan dan mengepung Tirtayasa dari segala penjuru, Sultan Ageng Tirtayasa dalam keadaan terdesak dan tidak bisa bertahan lagi, dan akhirnya serangan tersebut menuju jantung pertahanan di Tirtayasa.

Malam hari ditanggal 14 Maret 1683 Sultan Ageng Tirtayasa kembali ke Surosowan setelah sebelumnya Sultan Haji mengutus 52 orang anggota keluarganya ke Ketos untuk mengelabui Ayahnya sendiri, kemudian disiang hari tanggal 15 Maret 1683 Sultan Ageng tertangkap dan dipenjara di benteng Van der Wijk sebelum dipindahkan ke Batavia.

Wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa


Setelah terjadi perang saudara, puncaknya pada tahun 1683, Sultan Ageng mengalami kekalahan dan tertangkap lalu di penjarakan di Benteng Speelwijk kemudia di buang dan dipenjarakan di Batavia. Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia dipenjara Batavia.

Mengenai makam sultan Ageng Tirtayasa terdapat perbedaan pendapat, ada yang mengatakan Makamnya berada di sebelah Utara Kompleks Masjid Agung Banten, dan juga yang berpendapat Makamnya di daerah Tirtayasa, daerah yang menggunakan nama Beliau.

Tetapi pendapat Tersebut di Bantah karena Makam di Kecamatan Tirtayasa bukan lah makam dari sultan Ageng Tirtayasa, melainkan itu hanyalah sebuah pertilasan belak, tidak ada yang tau secara pasti di mana Sultan Ageng Tirtayasa dimakamkan, yang di ketahui beliau di kirim ke penjara di Batavia pada sekitar tahun 1683.


Inilah sedikit sejarah tentang Sultan Ageng Tirtayasa yang menjadi pahlawan nasional, mudah-mudah dapat bermanfaat bagi kita semua, silahkan share keteman-teman anda agar mereka tau akan sejarah, Terimakasih sudah mengunjungi Blog ini.