Sejarah Lengkap Johannes Abraham Dimara

Sejarah Lengkap Johannes Abraham Dimara
Foto Johannes Abraham Dimara


Johannes Abraham Dimara adalah Pahlawan Nasional dari papua, mungkin namanya tidak begitu dikenal oleh kalangan masyarakat luas, bahkan cukup jarang menemukan fotonya di dinding kelas Sekolah.


Johannes masuk kedalam kategori anak muda dari papua yang ikut berperan dalam penyatuan Irian Barat dan oprasi Trikora, sama halnya dengan peran Frans Kaiseipo yang fotonya diabadikan dalam gambar Uang pecahan Rp. 10.000 rilisan tahun 2016.


Tidak banyak memang literasi atau sumber yang menceritakan tentang Johannes Abraham Dimara, jika anda searching di google, maka sedikit sekali situs yang membahas atau hanya sedikit bahasan disitus tersebut tentang Johannes.


Biografi Johannes Abraham Dimara


Jika membahas sejarah tokoh, maka yang pertama dibahas adalah Biografinya. Johannes Abraham Dimara lahir pada tanggal 16 April 1916 di Korem, Biak Utara, Papua.


Saat usianya memasuki 13 tahun dia diangkat anak oleh seorang anggota kepolisian Ambon bernama Elias Mahubesi kemudian ia pindah ke Ambon, di rumah barunya dia melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar samlai luljs di tahun 1930.


Dalam riwayat Pendidikan Johannes Abraham, setelah lulus Sekolah Dasar ia melanjutkan sekolah pertanian di Laha kemudian diteruskan ke sekolah agama dari tahun 1935-1940.


Setelah lulus dia bekerja sebagai guru agama atau pengajar kitab injil di sekolah yang berada di Kecamatan Leksuka Pulau buru.


Awal Johannes Abraham Dimara memasuki kariernya di dunia militer disaat tentara Jepang mulai memasuki Pulau Buru di tahun 1942 yang mengakibatkan semua sekolah pada tutup.

Perjuangan Frans Kaisiepo
Banyak para pendeta pemimpin sekolah yang ditangkap Jepang, kemudian para guru menjadi menganggur termasuk Abraham. Lalu suatu hari datang beberapa Prajurit Jepang yang sedang mencari warga Papua untuk di Jadikan seorang prajurit tambahan.


Masyarakat Pulau Buru memberitahu prajurit Jepang itu tentang keberadaan Johannes Abraham Dimara yang berasal dari Papua, dan akhirnya ia di bawa menghadap ke Komandan.


Guru muda itupun mamasuki pendidikan militer, berlatih menggunakan senjata sampa ia diangkat menjadi Kompei-ho atau pembantu Kempri Kesatuan Polisi Militer Jepang dan ditempatkan di Markas Kempetai Pulau Buru.


Setelah Jepang pergi dari Indonesia, Johannes nganggur tidak memiliki pekerjaan , namun dari hasil didikan militer tercipta jiwa patriotis dan doktrin anti penjajah kulit putih tertanam pada dirinya.


Perjuangan Johannes Abraham Dimara


Melihat diskriminasi pendidikan dan jabatan yang dilakukan Pemerintahan Hindia Belanda membuat mata Johannes terbuka tentang indahnya menjadi manusia merdeka.


Pada saat Proklamasi, berita kemerdekaan Indonesia tidak langsung datang ke Pulau Buru, sampai pada bulan mei 1946 baru lah berita kemerdekaan sampai disana melaluo ekpedisi dua kapal kayu ke Maluku.


Dua kapal tersebut adalah KM Sindoro yang di nahkodai Letnan Ibrahim Saleh dan salah satu Pahlawan Nasional Yos Sudarso ada di dalamnya bertugas sebagai juru mesin.


Kapal kayu tersebut tiba di Pulau Buru dan menarik perhatian para penduduk karena terpasang bendera merah putih dia tiangnya. Johannes beserta para pemuda berusaha mendekati kedua kapal itu dan berhasil mendekat Kapal Sondono kemudian bertemu dengan Komandan Kapal Ibrahim Saleh dan Yos Sudarso.

Biografi Sam Ratulangi
Di pembicaraan singkat itu, Johannes Abraham Dimara menyarankan kedua kapal berlabuh di Namelek yang jaraknya tidak jauh dari tempat mereka berada.


Kedatangan mereka di sambut polisi setempat dan mencegah rombongan turun dari kapal, namun dengan akal bulus Johannes, ia mengelabui polisi dengan berpura-pura bakal menjaga dan mencegah rombongan turun dari kapal.


Akhirnya rombongan berhasil di turunkan dari kapal dan melanjutkan perjalanan ke Kumbrasa, dan bertemu Kepala suku disana dan beberapa tokoh masyarakat lainya, ternyata mereka mendukung remcana Johannes dan kawan-kawan untuk mengusir para antek Belanda di sana.


Peran Johannes Abraham Dimara


Johannes Abraham Dimara beserta para pemuda berkumpul di rumah Raja Bahadin, salah satu anggota ekpedisi rombongan Ibrahim Saleh yang bernama Anton Papilaya di perkenalkan kepada pada pemuda dan terjadi kesepakatan untuk menyerang dan mungusir NICA dari Pulau Buru.


Johannes Abraham Dimara menjadi pemimpin penyerangan tersebut karena dia memilili bekal dari hasil latihan militer dengan Jepang, dan untuk pendampingnya di pilihlah Anton Papilaya.


Dalam aksi penyerangan tersebut meraka di bantu oleh oknum polisi yang membelot, dia memberitahu jika kapal Sindoro telah di amankan oleh Belanda dan di bawa ke Ambon.


Sebelum terjadinya penyerangan, Para masyarakat Namlea diberitahu bahwa Residen Malulu akan datang ke sana dan para warga diperintahkan untuk kerja bakti atau bersih-bersih kota dalam rangka menyambut kedatangan Residen.


Kondisi ini di manfaatkan oleh Johannes dan para pemuda lainya, mereka berpura-pura ikut membersihkan kota, kemudian disaat ada kesempatan mereka menyergap dan mengepung kantor polisi.


Mereka berhasil mengamankan kantor polisi dan kantor kecamatan, bahkan mereka menurunkan bendera merah, putih, biru dan merobek warna biru kemudian mengibarkan bendera Merah Putih sambil meneriakan "merdeka! merdeka!".


Kemudian mereka terus bergerak memasuki kota, dan dapat dikuasai para pemuda selama 5 hari. Memdapat kabar demikian, Akhirnya Belanda mengirimkan kapal perang sekutu yang mengangkut serdadu KNIL untuk menumpas gerakan ini.


Para serdadu diturunkan dari kapal dengan sekoci dan berhasil mendarat, mereka membabi buta menembaki rumah para penduduk, melihat hal ini ada seorang pemuda uang menembak seorang serdadu sampai tewas, dan mendapat perlawanan dari kelompok Johannes sehingga pasukan KNIL melarikan diri menggunakan skoci.


Setelah insiden tersebut, kota Namka menjadi sepi dan para pasukam Johannes pergi meninggalkan kota dan para kepala suku kembali ketempatnya masing-masing.


Suatu hari pasukan Belanda melakukan oprasi bersih-bersih, mereka mendatangi rumah kepala suku yang terlibat dalam aksi tadi, dan menanyakan siapa otak dibalik insiden tersebut, mereka menyebut nama Johannes Papua dan Anton Papilaya.


Mereka berdua di buru, naas Anton berhasil di tangkap dan dipenjarakan di Ambon, sedangakan Johannes bersembunyi di kampung islam dan di lindungi kepala desa setempat, kemudian dia melarikan diri keluar dari Pulau Buru.


Ia berniat menuju Pulau Sanana, namun kepala desa disana menolak kedatangan Johannes dan melaporkannya ke kepala keamanan.


Johannes berserta dua orang temanya yakni Abdullah Kaban dan Adam Patisahursiwa berhasil di tangkap dan di bawa ke Ambon. Mereka di tempatkan di Penjara Pohon Pale, disana mereka mendapatkan siksaan fisik dihajar habis-habisan sebelum dimasukan ke sel.


Pada bulan Juli 1946 mereka di bawa ke perngadilan militer di Ambon dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, namun pada suatu kesempatan dan sudah direncanakan dengan matang akhirnya Johannes bersama kawanya berhasil melarikan diri dari penjara.


Aksi melarikan diri tersebut terjadi cukup dramatis sebab mereka harus lari dari satu pulau ke pulau lainya demi menghindari serdadu Belanda. Mereka berniat menuju pulau Seram, mereka bersembunyi di kampung pesisir dan dibantu oleh para pemuda untuk menyebrang ke pulau Seram.


Sebelum ke pulau Seram, mereka singgah terlebih dahulu di pulau Manipa dan menginap di rumah Haji Musa, namun sayangnya keberadaan mereka telah diketahui oleh Belanda dan pada malam harinya tempat tersebut di kepung oleh Belanda.


Keadaan malam hari yang gelap gulita dan kerumunan warga yang mendatangi rumah Haji Musa yang penasaran dengan peristiwa penggerebekan tersebut menguntungkan Johannes dan kawan-kawanya untuk meloloskan diri.


Kemudian karena perasa tertekan dan merasa hidup dalam ketakutan akhirnya Johannes memutuskan untuk kembali ke Pulau Buru, disana ia telah dilupakan oleh Masyarakat, sebab mereka mengira bahwa beliau masih didalam penjara.

Peran Pangeran Antasari
Disana dia tinggal bersama raja Ambrasa Bahadiri, dia merasa sedikit bebas dan bisa leluasa kesana kesini tanpa ada yang mengenali sosoknya sebagai buronan.


Namun tanpa diduga dan tidak diketahui alasan jelas, Johannes Abraham Dimara tiba-tiba memberitahu polisi yang sedang berpatroli bahwa dirinya adalah buronan yang kabur dari Penjara.


Beliau ditangkap dan dibawa ke Ambon, dia dimasukan ke dalam penjara Pohon Pule dan diberikan penjagaan yang ketat. Kemudian pada bulan Agustus 1947 ia dipindahkan ke Penjara Trungku Layang dan bertemu dengan beberapa pejuang Sulawesi yang ditahan disana.


Berakhirnya Agresi Militer Belanda pada bulan Desember 1949, ia dibebaskan dari penjara, kemudian tonggal di Makassar selama 3 bulan lalu kembali lagi ke Ambon.


Di Ambon ternyata Johannes di teror dan diancam akan dibunuh oleh para pasukan RMS( Republik Maluku Selatan), kemudian dia balik lagi ke Makassar dan melapor kejadian di Ambon ke pada komandan Batalyon Pattimura.


Kemudian putra Papua tersebut diterima dan masuk menjadi anggota Batalypn Pattimura. Tugas pertamanya adalah menumpas pertahanan RMS di Pulau Buru.


Kemudian pasukan TNI mendarat di Pulau Buru pada tanggal 14 Juli 1950 namun kedatang tersebut di sambut oleh pasukan RMS dengan menembakan mereka dibalik pohon-pohon.


Dengan Bantuan tembakan dari kapal Korvet, mereka berhasil mendarat dan mendesak pasukan RMS dan merebut Namka, para pasukan TNI terus bergerak maju ke Seram, naasnya di pertempuran ini Johannes tertembak dan terluka.


Ia diselamatkan warga dan dibawa ke markas Komando kemudian dirujuk untuk dirawat di RS Stella Maris disinilah terjadi pertemuan Johannes Abraham Dimara dengan Presiden Soekarno.


Didalam pertemuan tersebut, Ir. Soekarno merasa tertarik dengan pemuda Papua tersebut, kemudian membawanya dan teman-temanya ke Jakarta, kemudian  ia diangkat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Agung.


Membentuk Organisasi OPI


Tidak lama di Jakarta kemudian Johannes kembali lagi ke Ambon, dan ia mengunjungi Kolonel Suprapto Sokowati Komandan Resimen Infanteri 25/Maluku, disini ia di tugaskan untuk membentuk Organisasi Perjuangan Pembebasan Irian Baran.


Organisasi bentuknya ini di namai Organisasi Pembebasan Irian(OPI), yang bertugas untuk melatih para pemuda papua dari segi militer untuk mendukung oprasi pembebasan papua.


Pada Tanggal 3 April 1954, Johannes Abraham Dimara di perintahkan oleh Soekarna untuk memasuki Irian Barat, maka untuk itu dua minggu kemudian ia di panggil Resimen Infanteri 25/TT VII untuk membicarakan penugasanya tersebut.


Untuk mendukung keberhasilan misinya tersebut, para anggota OPI yang telah dilatih kemudian dilatih kembali dengan latihan berat selama satu minggu, dan mereka siap untuk masuk ke Irian Barat.


Menyusup Ke Irian Barat


Oprasi tersebut terjadi pada tanggal 17 Oktober 1954, Johannes memimpin satu peleton berisi 40 orang prajurit, mereka berangkat dari Ambon menuju Kepulaian Aru dengan kapal motor dan tiba disana dalam kurun waktu 2 hari.


Kemudian perjalananya tersebut dilanjutkan dengan menumpang kapal para Penyelam menuju pulau Waliali dan di teruskan ke Teluk Etna, namun disana mereka kepergok oleh polisi Belanda, tetapi hal itu dapat diatasi dan bahkan salah seorang polisi Belanda berhasil di tangkap.


Setelah berhasil mendarat di Teluk Etna, pasukan TNI menerobos masuk ke hutan, namun kedatangan mereka telah di ketahui Belanda di langsung disambut dengan brondongan Peluru.

Sikap Kepahlawanan Cut Nyak Meutia
Dalam peperangan tersebut 11 anggota TNI gugur, dan sisanya berhasil di tangkap dan di bawa ke Sorong, kemudian di pindahkan ke penjara yang terkenal seram dan kejam yakni penjara Digul selama 7 tahun.


Tiga bulan setelah dikumandangkan Trikora, Johannes Abraham Dimara beserta kawan-kawanya di bebaskan, kemudian ia menuju ibukota Irian dan bertemu dengan Gubernur Sultan Zainal Abidin Syah dan Letnan Busyiri.

 

Disini ia mendapatkan berita buruk, bahwa istrinya telah menikah lagi dengan laki-laki lain, ia sangat sedih, hidup sebatang kara dan tidak memiliki rumah, akhirnya ia tinggal di rumah Kolonel Busyiri.


Meratapi nasib malangnya ini, sang Kolonel menyarankan agar Johannes pergi ke Jakarta dan menemui Jendral Nasution selaku KSAD untuk melaporkan nasib malangnya tersebut.


Setibanya di Jakarta ia di perlakukan sangat istimewa, di berikat tempat tinggal di hotel bintang 5 , meskipun tujuannya ke Jakarta tidak terpenuhi disebabkan ia gagal menemuo Jendral Nasution.


Bulan September, ia di panggil oleh Presiden Soekarno dan dan atas jasanya, Johannes Abraham Dimara diangkat sebagai utusan perwakilan Irian Barat di PBB.


Menjadi Ketua GRIBI


Didalam sidang Majlis Umum PBB di New York, Johannes Abraham Dimara terpilih menjadi ketua GRIB(Gerakan Rakyat Irian Barat) yang menjadi pengganti Silas Papare.


Dalam aksi kampanye pembebasan Irian Barat yang di lakukan oleh Presiden Soekarno, dan kemudian membentuk Dewan Pertahanan Nasional pada tanggal 14 Desember 1961, yang kemudian Johannes menjadi anggotanya.


Dalam Kampanya tersebut tempat pertama yang dipilih adalah Yogyakarta, sehari sebelum Pidato Trikora yang melegenda itu terjadi, Pak Karno didesak untuk memberikan kuliah Umum didepan Mahasiswa Universitas Gajah Mada, dan disana beliau memperkenalkan Johannes Abraham Dimara sebagai pejuang pembebasan Irian Barat.


Mungkin hanya itu pembahasan kita kali ini mengenai sejarah sang pahlawan nasional dari papua bernama Johannes Abraham Dinara.