Ki Sarmidi Mangunsarkoro : Biografi lengkap

Sarmidi Mangunsarkoso

Ki Sarmidi Mangunsarkoro, Biografi Sarmidi Mangunsarkoro
Sarmidi Mangunsarkoro


Ki Sarmidi Mangunsarkoro - seorang anak muda yang ikut terlibat aktif dalam kongres pemuda II kemudian melahirkan sebuah gerakan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda 1928.


Tokoh Sumpah Pemuda yang satu ini, namanya mungkin kurang begitu dikenal dikalangan anak-anak, bahkan di pelajaran sekolah pun jarang sekali dibahas tentang beliau.


Nah setelah sebelumnya kita membahas Sugondo Joyopuspito sekarang beralih pembahasan mengenai ki Sarmidi Mangunsarkoro dan sudah kami rangkum untuk disajikan pada anda sekalian.


Biografi Sarmidi Mangunsarkoro


Sarmidi Mangunsarkoro terlahir di Solo dari keluarga abdi dalam Kraton Surakarta pada 23 Mei 1904. Sejak dari muda, dia memang bercita-cita ingin jadi pengajar walau sempat pernah "tersesat" masuk sekolah tehnik di Yogyakarta. Sadar salah jalur, Sarmidi mengelana ke Batavia dan mendaftarkan ke sekolah pendidikan guru di situ, Sekolah Guru Arjuna namanya.


Lulus dari Sekolah Guru Arjuna, Sarmidi langsung memperoleh pekerjaan yang sudah lama sudah dia idamkan, yaitu jadi seorang pengajar. Bertepatan, dia langsung diterima sebagai guru di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Tamansiswa Yogyakarta. HIS ialah penyebutan sekolah landasan untuk pribumi pada periode penjajahan.


Kehadiran sekolah HIS Tamansiswa di Yogyakarta dirintis oleh Ki Hadjar Dewantara. Berikut pertama kali Sarmidi mulai terkait lebih intens dengan figur bangsa yang nanti dikenali sebagai Bapak Pendidikan Nasional itu.


Tamansiswa memang jadi awal mula sekaligus jalur khusus profesi yang digeluti Sarmidi. Pada 1929, dia dipilih sebagai kepala sekolah HIS Boedi Oetomo. Disamping itu, dia memimpin HIS Marsudi Rukun di Kemayoran atas keinginan masyarakat di tempat.


Atas restu Ki Hadjar Dewantara, Sarmidi Mangunsarkoro membangun cabang Perguruan Tamansiswa di Batavia pada 1930. Berdirinya Tamansiswa Betawi itu ditetapkan dengan penyerahan "Piagam Persatuan Kesepakatan Pendirian" ke Sarmidi langsung dari si mahaguru.


Piagam pemberian Ki Hadjar itu jadi seperti legalitas jika Sarmidi sudah jadi sisi penting dari Perguruan Tamansiswa yang mempunyai tujuan untuk merealisasikan usaha pendidikan yang berdasarkan hidup dan penghidupan bangsa



Perjuangan Ki Sarmidi Mangunsarkoro


Ki Sarmidi Mangunsarkoro tampil di konferensi pemuda pada hari ke-2 itu bergiliran dengan beberapa pembicara yang lain, terhitung ada Mohammad Yamin, Purnomowulan, Ramelan, sampai Mr. Sunario.

Paparan Sarmidi ialah mengenai pendidikan berkebangsaan untuk angkatan muda. Buatnya, kebudayaan bangsa sendiri penting jadi dasar pendidikan putra-putri Indonesia. Satu bentuk aplikasinya ialah lewat pergerakan kepanduan.

Kecuali beraksi sebagai pegiat di lembaga pendidikan formal, kepanduan cikal-bakal pergerakan Pramuka jadi medan juang Sarmidi pada zaman gerakan nasional. Dia merupakan anggota Pengurus Besar Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang tetap memperjuangkan terbebasnya pergerakan kepanduan dari dampak penjajahan.

Tidak hanya bicara masalah pendidikan berkebangsaan dan kepanduan, Sarmidi yang sebagai wakil figur pendidik dari kelompok muda mengatakan pentingnya keselarasan di antara pendidikan di sekolah dan di dalam rumah. Dia memiliki pendapat juga jika pendidikan untuk anak seharusnya dilaksanakan dengan beberapa cara yang demokratis.

Tidak banyak orang-orang Indonesia di zaman penjajahan yang telah pikirkan ide edukasi untuk anak negeri saat bayang-bayang mengenai berdirinya negara sendiri masih samar-samar. Sarmidi Mangunsarkoro ialah satu diantara sedikit orang yang sudah merumuskannya, kecuali tentu saja Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara.

Dan memang, di antara Ki Sarmidi Mangunsarkoro dan Dewantara nampaknya ada kecocokan pertimbangan, intinya berkaitan pendidikan berkebangsaan. Jadi tidak bingung bila ke-2 figur ini akan sama-sama berjuang sampai Indonesia betul-betul merdeka nantinya. Rasanya tidak terlalu berlebih bila Sarmidi disebut sebagai penerus prima untuk perjuangan Ki Hadjar.

Ki Sarmidi diangkat menjadi menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia (PPK RI) pada masa Kabinet  Hatta II yakni bulan Agustus tahun 1948 sampai Januari 1950. Pada masa dimana ia menjabat berhasil meresmikan berdirinya ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) di Yogyakarta, Lalu mendirikan Konservatori Karawitan di Surakarta dan terlibat dalam membina kelahiran UGM (Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta.


Sarmidi Mangunsarkoro mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah RI atas semua reputasi dan jasanya kepada negara, sampai ia kembali di angkat menjadi Menteri PP dan K RI dimasa Kaninet Halim dari Januari 1950 sampai bulan September 1950.


Dia juga orang yang berjuang untuk pembentukan Undang-undang tentang Dasar-dasar Pendidikanya dan Pengajaran di Sekolah seluruh Indonesia di Parlemen.


Sampai akhirnya terbentuk lah Undang-undang No 4/1950 yang disahkan dan menjadi UU pendidikan pertama di Indonesia, sungguh tokoh pendidikan yang patut dicontoh dan diteladani.


Ki Sarmidi Mangunsarkoro meninggal dunia pada 8 Juni 1957 diusia yang ke 53 tahun, sayang sekali banyak orang yang tidak tahu sosok beliau tokoh pendidikan Indonesia yang satu ini.