Sejarah Pocut Meurah Intan Si Singa Betina Aceh

Sejarah Pocut Meurah Intan Si Singa Betina Aceh
Makam Pocut Meurah Intan

Pocut Meurah Intan merupakan wanita yang patut dicontoh dalam perjuanganya, demi berjuangan dan mengabdi pada tanah airnya ia korbankan segalanya, termasuk anak-anaknya.

Selain seorang pemimpin pasukan gerilya, Pocut Meurah Intan merupakan ibu yang sangat piawai, tangguh dan memiliki pendirian yang teguh dalam melawan Belanda, terbukti dari sifatnya yang keras kepala pantang menyerah ketika hendak di tangkap oleh Belanda ia masih saja melawan dan berhasil membunuh pasukan Belanda.

Karena semangat juangnya yang sangat besar tampa mengenal lelah, Belanda menjulukinya Heldhafting yang memiliki arti yang “gagah berani” dan juga dijuluki sebagai “Singa Betina”.

Perjuangan Pocut Meurah Intan tidak bisa diremehkan oleh Belanda sebab itu Belanda mengutus pasukan elit Marssose untuk membendung perang gerilya yang dipimpin oleh Pocut Meurah Intan tersebut.

Lantas bagai mana kah sejarah perjuangan Pocut Meurah Intan ini, langsung saja kita menuju pembahasanya.
Berikut ini adalah :

Sejarah Pocut Meurah Intan


Pocut Meurah Intan lahir didaerah Biheue tahun 1833, Biheue adalah sebuah kota kecil bagian dari wilayah Sagi dibawah kekuasaan Kesultanan Aceh. 

Pocut Meurah Intan lahir dari kalangan Bangsawan Aceh yaitu ayahnya adalah seorang kejruen(Kepala Daerah) Biheue. Pocut Meurah Intan menikah dengan Tuanku Abdul Madjid bin Tuanku Abbas bin Sultan Alaidin Jauhar Syah Alam, Dari Pernikahanya tersebut ia memiliki 3 orang putra yaitu Tuanku Muhammad dan Tuanku Budiman(satu lagi saya tidak mengetahui siapa).

Baca juga : Cut Nyak Dien Uraian Lengkap

Pocut Meurah Intan merupakan wanita gagah berani sama halnya seperti wanita aceh lainya yang berjuang dalam mengusir Belanda, seperti Cut Nyak Dhien Cut Muthia dan lain lain. Pocut Meurah Intan memimpin pasukan gerilya didaerah Laweung. Pocut Meurah Intan juga mengajak putra-putranya dalam peperangan menghadapi Belanda.

Didalam perang gerilya yang dilakukan Pocut Meurah Intan dan pasukanya mereka lebih sering keluar masuk hutan berpindah dari tempat ketempat lainya. 

Namun sayangnya pada Februari 1900 putranya yang bernama Tuanku Muhamad Batee tertangkap oleh Belanda, tertangkapnya putra pertama Pocut Meurah Intan oleh Belanda membawa luka mendalam baginya, tetapi disisi lain tertangkapnya putra Pocut Meurah Intan membangkitkan semangat juangnya dalam perlawanan menghadapi Belanda.

Baca Juga : Nyimas Melati Pahlawan Wanita Tangerang

Tertangkapnya Pocut Meurah Intan

Tepatnya pada tanggal 11 november 1902, dua tahun setelah putra pertamanya tertangkap, Pocut Meurah Intan pun tertangkap, didalam penangkapanya tersebut sunggu memiliki kesan dramatis dan membuat kita para pembaca kisahnya menjadi gemetar mengetahui sebegitu keras dan besar tekad Pocut Meurah Intan dalam memperjuangkan tanah airnya.

Kisah tertangkapnya Pocut Meurah Intan ini dikisahkan oleh seorang wartawan perang khusus meliput perang Aceh, orang itu bernama H. C. Zentgraaff, ia mencerittakan bahwa Pocut Meurah Intan dikejar dan dikepung oleh satu grub pasukan elite yaitu Marsose yang berjumlah 18 serdadu dan dipimpin oleh seorang Veltman.  

Marsose merupakan satuan militer yang dibentuk pada masa kolonial Hindia Belanda sebagai pasukan pertahanan khusus melawan gerilyawan aceh.

Dalam penangkapanya itu Pocut Meurah Intan tidak begitu saja menyerah, dengan beraninya ia mengeluarkan senjata rencongnya, dan tampa pikir panjang ia menusuk selaruh pasukan marsose tampa takut, Dalam penyerangan tersebut, Pocut Meurah Intan mengalami luka begitu parah.

Tapi naas dalam penyerangan tersebut juga Pocut Meurah Intan dan putra-putranya yang lain tertangkap.

Setelah ditangkap Pocut Meurah Intan dibawa ke banda aceh dan dipenjarakan disana, selama dipenjara ia mengalami siksaan tiada hentinya baik fisik maupun batin, ia menjalani hidup sebagai tawanan perang hingga akhirnya ia dibuang kedaerah Blora.

Baca juga : Perjuangan Cut Nyak Meutia

Wafatnya Pocut Meurah Intan

Tepatnya pada tanggal 6 Mei 1905 Pocut Meurah Intan dan putranya beserta salah satu keluarga Kesultanan Aceh bernama Tuanku Ibrahim di buang ke Blora Jawa Tengah.

Sama halnya seperti Cut Nyak Dhien dalam masa pembuanganya itu Pocut Meurah Intan tidak begitu dikenal oleh masyarakat, dan masyarakat Blora lebih akrab memanggilnya dengan panggilah “Mbah Tjut”.

Diusianya yang tua Pocut Meurah Intan masih saja memikirkan perjuanganya bersama para pengikutnya, tetapi mereka terhalanga komunikasi, karena ia berada dipembuangan didaerah Blora, sedangkan pasukanya berada jauh di Aceh.

Pocut Meurah Intan menjalani kehidupanya sebagai seorang nenek tua yang sudah encok di Blora selama 32 tahun, sampai akhirnya ia wafat di usia sekitar 105 tahun.  Dia dimakamkan di pemakaman umum di Desa Tegal Sari, Kabupaten Blora pada tanggal 19 September 1937.

Itulah kisah dari perjuangan Pocut Meurah Intan yang gagah berani dan keras kepala demi martabat rakyat dan tanah airnya yang di acak acak oleh Belanda, semoga bermanfaat dan trimakasih sudah mengunjungi blog ini, jangan lupa share keteman-teman kalian.