Fakta Perang Bubat, Alat Adu Domba atau Fakta

Fakta Perang Bubat, Alat Adu Domba atau Fakta
Buku Perang Bubat

Perang Bubat adalah perang yang terjadi antara Majapahit dan Kerajaan Sunda, Perang itu terjadi didaerah yang bernama Bubat, maka dari itu perang tersebut dinamai Perang Bubat.

Perang bubat terjadi pada abad 14 M didaerah Bubat, perang tersebut menewaskan Raja Sunda dan rombonganya, termasuk calon pengantin dari Hayam Wuruk, yaitu Dyah Pitaloka/Dewi Pitaloka, peristiwa Perang Bubat terjadi akibat ambisi Gajah Mada yang ingin melunaskan janjinya untuk mempersatukan Nusantara, yang termuat didalam Sumpah Kalapa.

Singkat Cerita ditengah perjalanan Raja Sunda dan rombonganya, sisuatu daerah yang dikenal daerah Bubat, mereka dihadang Oleh Gajah Mada yang ingin menaklukan Kerajaan Sunda, karena pada saat itu hanya Kerajaan Sunda saja yang belum ia taklukan.

Perang Bubat terjadi dengan ketidak seimbangan kekuatan antara dua pihak, pihak Kerajaan Sunda  hanya membawa pasukan yang sedikit karena memang niat awalnya adalah untuk mengantarkan Dyah Pitaloka kepada Hayam Wuruk untuk dinikahi, tetapi meraka dihadang oleh Gajah Mada dengan kekuatan yang besar, hingga akhirnya didalam Perang Bubat, Raja Sunda dan seluruh rombonganya termasuk Dyah Pitaloka tewas disana.

dari perang tersebut menimbulkan efek negatif, perpecahan dan kebencian orang Sunda, bukan hanya kepada Gajah Mada saja tetapi juga kebencian terhadap orang Jawa.

Baca juga : Sejarah Kerajaan Majapahit Dan Kejayaan Yang Fiktif

Nah pada kesempatan kali ini saya akan bercerita sedikit prihal tentang :

Fakta Kebohongan Perang Bubat


Ada beberapa hal yang menjadi alasan kenapa saya mengatakan bahwa Perang Bubat adalah suatu kebohongan yang sengaja dilakukan dalam upaya mengadudomba antara orang sunda dan orang jawa.

Sumber Sejarah


Selama ini sejarah Perang Bubat sangat sedikit sumbernya bahkan dari sekitar 50 prasasti dari zaman kerajaan Majapahit, dan 30 prasasti dizaman kerajaan Sunda tidak menyebutkan atau menceritakan kejadian adanya Perang Bubat, sumber yang dipakai untuk Perang Bubat hanyalah catatan atau naskah yaitu naskah Pararaton, dan Kidung Sunda, tetapi naskah ini masih diragukan keaslianya, naskah tersebut yaitu sebagai berikut :

Serat Pararaton

Serat Pararaton atau Kisah Para Raja, naskah ini sering dijadikan rujukan oleh para sejarahwan tetapi tidak sedikit pula sejarahwan yang meragukan ke beneran kisah yang tersirat didalam Serat Pararaton.

Tidak ada yang tahu kepastian tebtang siapa penulis Serat Pararaton, tetapi banyak para ahli sejarah berpendapat bahwa naskah Serat Pararaton ditulis sekitar tahun 1613, inilah yang menjadi kelemahan sekaligus kerancuan naskah Serat Pararaton, bagaimana bisa diyakini kebeneran naskah Serat Pararaton yang ditulis 1613 tetapi menceritakan pristiwa abad 12-15M, ini sangat tidak masuk akal.

Baca Juga : Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten

Selain itu seorang guru besar arkeologi UI(Universitas Indonesia) Edi Sedyawati berpendapat bahwa pristiwa Perang Bubat tidak lebih dari sisipan penyalin Pararaton atau malah sebagai suatu yang ditambah-tambahkan oleh orang Belanda yang menelitinya. Bahkan Pararaton dijadikan sumber rujukan sejarah yang diajarkan di AMS/ Algremeene Middelbare School.

Kidung Sunda

Kidung sunda adalah karya sastra berbentuk syairan yang ditemukan di Bali, namun Kidung Sunda sama halnya dengan Pararaton, masih diragukan kebeneran cerita Perang Bubat didalamnya, menurut sejarahwab UNS(Universitas Negri Surabaya) Aminuddin Kusdi, ia mengatakan bahwa Kidung Sunda adalah Sumber yang bersifat Sekunder.

Berbagai cerita sejarah didalamnya tidak sama dengan prasasti, padahal prasasti adalah sumber sejarah yang paling bisa dipercaya.

Perang Bubat Bertentangan dengan Tradisi masyarakat Jawa dan Sunda


Menurut budayawan Betawi, Ridwan Saidi mengatakan bahwa selain sumber sejarah yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebeneranya.

Perang Bubat ini bertentangan dengan Tradisi masyarakat Sunda dan Jawa bahkan bertentangan dengan Tradisi Masyrakat Indonesia keseluruhanya, dimana tradisi pernikahan/lamaran dimasyarakat Sunda dan Jawa.

Umumnya seluruh Indonesia maka ketika proses tersebut sang calon pengantin pria dan keluarganya mendatangi kediaman si calon pengantin wanita untuk melamar atau meminang wanita tersebut.

Baca Juga : Biografi Sultan Ageng Tirtayasa

Sedangkan didalam Perang Bubat baik didalam Pararaton maupun Kidung Sunda, diceritakan bahwa Dewi Pitaloka(si calon pengantin wanita) berserta rombonganya hendak menjumpai raja Majapahit yaitu Hayam Wuruk (si calon pengantin pria).

Dimana ditengah perjalanan Dyah Pitaloka/Dewi Pitaloka dan rombonganya tersebut, ia dihadang oleh Gajah Mada dan terjadi konflik yang menimbulkan peperangan disana, sampai akhinya Dewi Pitaloka dan rombongnya tewas didalam Perang Bubat tersebut.

Kesimpulan Perang Bubat


Dari kedua hal tersebut pristiwa Perang Bubat tidak masuk diakal dan masih sangat diragukan kebenaranya, bahkan peristiwa Perang Bubat ini menimbulkan efek negatid terhadap pemahaman orang Sunda dan Jawa.

Dilihat dari didaerah Jawa Barat tidak dapat ditemui nama jalan yang bertemakan Majapahit, bahkan dahulu ada masyarakat Jawa yang melarang pernikahan dengan orang Sunda begitu pula sebaliknya orang Sunda melarang pernikahan dengan orang Jawa, tetapu itu terjadi pada zaman dahulu.

Perang Bubat seperti sengaja diciptakan untuk mengadu domba antara orang Jawa dan Sunda, demi kepentingan kelompok yang ingin memanfaatkan di balik perpecahanya orang Sunda Dan Jawa.

Itulah kerancuan dari Perang Bubat yang menjadi alat adudomba terhadap ornag Sunda dan Jawa, tetapi semua kembali lagi terhadap persepsi anda masing-masing menanggapi peristiwa dari Perang Bubat, apakah itu benar kenyataan atau hanya sekedar khayalan/fiksi