Sejarah Hidup Sunan Kalijaga

Sejarah Hidup Sunan Kalijaga
Lukisan Sunan Kalijaga


Sunan Kalijaga adalah salah satu walisongo yang berasal dari Tuban, berbeda dengan wali songo lainya beliau terkenal sebagai sosok wali yang selalu memakai pakaian Jawa dan menggunakan adat Jawa sebagai media di setiap dakwahnya.


Dari cara dakwah beliau yang memasukkan unsur islami ke dalam tradisi dan budaya Jawa membuahkan hasil akulturasi atau perpaduan antara keduanya, dan hingga saat ini warisan dakwah beliau masih bertahan seperti pertunjukan wayang yang bercerita tentang tokoh si Cepot dan lain-lain.


Dalah sejarah Hidup Sunan Kalijaga beliau hidup dengan umur lebih dari 100 tahun, dia menyaksikan masa keruntuhan Majapahit, berdirinya Demak, Banten dan Cirebon, bahkan berdirinya kerajaan Pajang ditahun 1478 dan awal Mataram Islam beliau masih hidup,.


Biografi Sunan Kalijaga


Siapa sih yang enggak kenal beliau, pasti hampir seluruh umat muslim khususnya di Pulau Jawa mengenal beliau, maka ada baiknya kita mengenal lebih dalam tentang beliau melalui sejarah hidupnya, agar enggak asal kenal nama saja.


Sunan Kalijaga konon lahir di tahun 1450 dan bernama asli Raden Said/R.Mas Said, ayahnya merupakan seorang Adipati Tuban bernama Tumenggung Wilantika atau dikenal juga sebagai Raden Sahur sedangkan ibunya bernama Dewi Nawangarum putri Raden Kidang Talangkas.


Raden Mas Said meskipun dia anak seorang adipati namun dia lebih sering hidup diluar lingkungan keluarga, oleh masyarakat dia dikenal sebagai Lokajaya, Pangeran Tuban dan Raden Ngabdurahman, adapun nama Kalijaga adalah pemberian dari Gurunya yaitu Sunan Bonang.


Baca Juga: Cerita Kesaktian Prabu Kian Santang

Menurut versi Babad Cirebon nama Kalijaga adalah nama desa di Cirebon disebabkan beliau sering mengunjungi kesana dan sering tapa ditepi kali bagaikan seorang yang sedang menjaga kali maka beliau dijuluki sebagai Kalijaga.


Silsilah Sunan Kalijaga


Terdapat dua versi mengenai asal usul beliau, di dalam Babat Tuban mengatakan beliau merupakan orang Jawa asli. Kenapa rujukannya Babad? Padahal kalau anda sering membaca artikel di blog ini, pasti akan tahu kalau saya adalah salah satu orang yang anti cerita babad yang terkesan sebagai dongeng bukan Sejarah.


Saya memakai rujukan Babad Tuban karena ada beberapa isi babad tersebut yang didukung oleh catatan laporan Tom Pires, yang sudah diteliti dan dinyatakan valid oleh para Sejarawan. Sebelumnya kita bahas dulu tentang isi Babad Tuban.


Didalam Babad Tuban dikatakan seorang yang bernama Aria Teja atau Abdurahman telah mengislamkan Adipati Tuban bernama Aria Dikara dan mengawini putrinya dari pernikahan Aria Teja mereka memiliki anak bernama Aria Wilatikka yang tak lain adalah Kakek Raden Said.


Sedangkan di dalam catatan Tome Pires (1468-1540), di dalam catatan itu dikatakan bahwa penguasa Tuban ditahun 1500 M merupakan Cucu penguasa yang beragama Islam pertama di Tuban bernama Aria Wilatikka.


Sekarang Pendapat yang kedua. Di pendapat ini mereka mengatakan Sunan Kalijaga adalah keturunan Arab dan memiliki silsilah sampai ke Nabi Muhammad SAW, pendapat ini berdasarkan Sumber dari Van Den Berg seorang penasihat Khusus pemerintahan Hindia Belanda, kemudian pendapat ini diperkuat dengan pendapat sejarawan De Graaf namun bedanya ia menilai silsilah raden Said sampai ke Ibnu Abbas paman Nabi bukan ke Nabi.


Istri Sunan Kalijaga


Ada satu pendapat yang mengatakan bahwa beliau menikah dengan Dewi Saroh putri Maulana Ishak kemudian dari hasil pernikahan tadi beliau dikaruniai 1 putra dan 2 putri yakni : Raden Umar Said/ Sunan Muria, Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.


Baca Juga: Ilmu-ilmu Prabu Siliwangi


Menurut beberapa pendapat, Maulana Ishak berasal dari Asia Tengah, kemudian menikah dengan Dewi Sekardadu, kemudian dari hasil pernikahan tersebut beliau dikaruniai 2 anak bernama Sunan Giri dan Dewi Saroh, jadi Sunan Kalijaga bersaudara ipar dengan Sunan Giri.


Riwayat Hidup Sunan Kalijaga


Cerita tentang Sunan Kalijaga mungkin sudah banyak yang tahu, buku-buku tentang cerita itu banyak sekali dijual, baik di toko buku maupun ditempat-tempat kaki lima di tempat wisata ziarah, kalau kalian ziarah ke Banten Lama, Cirebon, Demak dan lain-lain pasti kalian akan menemukan buku tersebut yang dijual dengan harga kisaran 5 ribu sampai 15 ribu.

Cerita yang masyhur itu kurang lebih seperti ini : Raden Said yang lebih sering hidup dilingkungan masyarakat kecil, dia merasakan penderitaan orang miskin dan masyarakat kecil yang kesusahan akibat diharuskan membayar upeti.


Melihat kondisi seperti itu Raden Mas Said berkeinginan membantu orang miskin, namun sayang sekali cara yang ia lakukan salah, ia menjadi perampok dan menargetkan gudang penyimpanan di Kerajaan ayahnya, selain itu dia juga menjadi begal para pengusaha kaya dan pengiriman pajak dari Tuban ke Majapahit tak luput menjadi korban pembegalannya.


Hasil rampokannya tersebut ia bagikan kepada orang-orang miskin pada saat malam hari. Hari demi hari ia jalani sebagai seorang perampok lama kelamaan kedoknya pun terbongkar, dia tertangkap oleh pengawal adipati Tuban, lalu dijatuhi hukuman cambuk 100 x dan dibuang dari Istana serta ayahnya tidak mengakuinya lagi sebagai anak.


Setelah diusir dari rumah, Raden Said berganti profesi menjadi seorang begal, targetnya adalah para  orang kaya dan rombongan pengirim pajak, disini ia dikenal dengan nama Lokajaya sampai ia bertemu dengan Sunan Bonang dan menjadi muridnya.


Siapa Guru Sunan Kalijaga?


Guru Sunan Kalijaga adalah Sunan Bonang, beliau orang yang membuat Raden Said bertobat sampai ia mencapai tingkatan Waliyullah. Cerita pertemuan keduanya memang terbilang sebuah dongeng dan diceritakan dari mulut ke mulut, banyak sejarawan yang meragukan kisahnya.


Perlu di ingat! Dalam ilmu sejarah haruslah yang bersifat logis jika tidak logis maka bukan sejarah, beda sejarawan beda ulama atau Kyai, golongan ulama atau Kyai mengaitkan cerita pertemuan Raden Said dengan Sunan Bonang, sebagai kisah diluar akal sebab merupakan salah satu Karomah dari Sunan Bonang Dan Sunan Kalijaga, nanti kita bahas soal Karomah di bawah, sabar yah hehehe.


Baca Juga : Biografi Kapitan Pattimura


Pertemuan guru dan murid itu diawali ketika Sunan Bonang sedang berjalan melewati hutan yang menjadi basis lokasi Lokajaya beraksi sebagai Begal, sebelumnya Lokajaya memantau beliau dari jauh, dan dia melihat tongkat yang dibawa kakek tua tersebut seperti tongkat emas.


Akhirnya Lokajaya pun memutuskan untuk membegal kakek tua itu, awalnya dia meminta tongkat tersebut secara baik-baik, namun si kakek tidak mau memberikan dan mengelak bahwa warna kuning pada tongkatnya bukanlah emas, tetapi Loka tetap kukuh hendak mengambil dan akhirnya dengan paksaan tongkat tersebut direbut sampai-sampai si kakek terjatuh dan menangis.


Melihat si kakek menangis, Lokajaya bertanya “apa kau menangis karena tongkat ini aku rebut?” si kakek menjawab “aku menangis bukan karena tongkat yang kau rebut, aku menangis karena kau merebut tongkat dan aku terjatuh membuat rumput-rumput tercabur dari tanah”.


Mendengar jawaban si Kakek, Loka menjadi bingung dan bertanya kembali “kenapa kau menangisi rumput?” lalu kakek itu menjawab “rumput ini adalah makhluk Allah, ia berhak untuk hidup, tidak pantas sesama makhluk Allah merusak alam meski hanya beberapa helai rumput”


Mendengar jawaban itu, Lokajaya menangis, hatinya merasa teriris dan dia menyesal telah merebut tongkat si kakek, kemudian dia mengembalikannya. “kenapa kau menjadi begal anak muda” tanya Sunan Bonang, lalu Lokajaya  memberitahu alasannya dan hasil begal atau rampokanya diberikan kepada orang-orang miskin.


“Apa yang kau lakukan itu baik tapi caranya saja yang salah, bagaikan mencuci baju dengan air kotor” ucap si kakek kepada Lokajaya. Mendengar ucapan itu beliau menangis dan si kakek meninggalkan dia, saat si Kakek pergi tiba-tiba buah aren di sekitar tempat tersebut berubah menjadi emas.


Keanehan demi keanehan yang dialami Lokajaya membuat nya bingung, kemudian dia menyusul si kakek tadi, sampai mereka bertemu kembali di pinggir sungai, disana Loka ingin berguru ke pada si kakek, awalnya ditolak namun akhirnya diterima tapi dengan syarat harus menunggu tongkat si kakek yang ditancap dipinggir sungai atau kali sampai si kakek kembali lagi.


Raden Mas Said menyanggupi persyaratan tersebut, dan menjaga tongkat itu sampai Sunan Bonang Kembali, ternyata tanpa ia sadari watu demi waktu bergulir sampai tiba saatnya sunan Bonang Kembali tiga tahun setelah hari itu. Dari kisah itulah Raden Mas Said diberi gelar Kalijaga(Jaga Kali).


Ilmu Karomah Sunan Kalijaga


Setelah berguru lama dengan Sunan Bonang, akhirnya beliau mencapai tingkatan makrifat atau menjadi Waliyullah, seperti halnya para wali lainya yang mendapatkan Karomah atau kemuliaan dari Allah, Begitu pula dengan beliau, menurut Babad pada suatu malam di padepokan Sunan Bonang terdengar suara orang mengaji dengan keras disertai hembusan angin yang kencang.


Kejadian tersebut membangunkan para penghuni padepokan dan membuat mereka bertanya-tanya suara siapa itu, termasuk Sunan Bonang. Mereka semua mencari tahu suara mengaji tersebut, dan ternyata berasal dari kamarnya sunan Kalijaga, namun anehnya tidak ada satu orang pun yang terlihat di dalam kamar tersebut.


Baca Juga: Biografi Tuanku Imam Bonjol


Sunan Bonang melihat Sunan Kalijaga yang sedang melantunkan ayat-ayat suci namun dengan mata orang biasa beliau tidak terlihat, inilah salah satu dari sekian banyak Karomah beliau.


Ilmu Sunan Kalijaga Paling Ampuh


Banyak orang bilang beliau punya ilmu kebal, sakti mandraguna bahkan pernah menangkap Syekh Siti Jenar yang terkenal sangat sakti bahkan petir pun pernah ia tangkap, namun sebenarnya tahukah kamu ilmu dahsyat yang dimiliki beliau?


Ilmu Paling Ampuh yang dimiliki oleh Sunan Kalijaga adalah Ilmu Syariat dan Makrifat beliau yang dipadukan ke dalam tradisi, kesenian dan budaya masyarakat Jawa sehingga menghasilkan Islam yang toleran, memasukkan unsur syariat Islam kedalamnya dan ilmu itu sangat ampuh membuat masyarakat tertarik berbondong-bondong masuk Islam.


Strategi Dakwah


Didalam pola dakwahnya dia cenderung Sufistik berbasis Salaf, mengabangkan unsur kesenian tradisi dan budaya dengan syariat Islam untuk dijadikan media dakwah yang membuat masyarakat tertarik memeluk agama Islam.


Beliau paling toleran terhadap budaya lokal dibanding para Wali Sanga lainya, sebab baginya masyarakat Jawa yang sudah kental dengan tradisi akan menjauh jika langsung diberikan ajaran Islam yang kaku, maka harus bertahap dan mengikuti maunya mereka sambil mempengaruhi.


Bagi Sunan Kalijaga jika Islam telah dipahami mendalam maka kebiasaan lama itu akan hilang dengan sendirinya, maka ajaran beliau cenderung sinkretis dalam berdakwah menyebarkan Islam. Strategi itu terbilang efektif dan banyak para adipati di Jawa berbondong-bondong masuk Islam melalui beliau.


Menurut dongeng, ada yang unik dalam strategi dakwah beliau, yakni salah satu contoh ketika hendak mengadakan pertunjukan wayang yang mana pada saat itu pewayangan adalah hiburan yang sangat disukai orang Jawa, maka banyak orang Jawa berbondong-bondong hadir menyaksikan pertunjukan wayang Sunan Kalijaga.


Tetapi beliau memberikan sarat kepada penonton agar bebersih dahulu sebelum masuk ke area pertunjukan, cara bersih-bersih tersebut adalah dengan mengambil air wudhu, setelah selesai para penonton dibimbing untuk mengucapkan kalimat syahadat sebagai tiket masuk pertunjukan. Nah itulah salah satu contohnya.


Media Dakwah Sunan Kalijaga


Ada beberapa media dakwah yang beliau gunakan antara lain adalah wayang, gamelan, seni ukir suara suluk, dan seni ukir seperti motif batik islami dan masih banyak lagi, ada beberapa lagu suluk yang saat ini menjadi warisan dakwah Sunan Kalijaga, yakni : Gundul-gundul Pacul, Ilir-ilir dan lingsir wengi.

Keturunan Sunan Ampel
Dalam hal akulturasi Tradisi beliau menggagas acara perayaan Sekatenan, Baju Takwa, Gerebeg Maulud dan Cerita wayang yang dikemas dalam judul Crangan Layang Kalimasada dan Petruk dadi Ratu.


Sedangkan dalam seni ukir beliau mengubah bentuk wayang dari sebelumnya mirip seperti manusia umumnya dengan bentuk sekarang yang bisa anda jumpai di berbagai tempat.


Fitnah Terhadap Sunan Kalijaga


Ada tuduhan yang di tujukan kepada beliau dari dulu sampai saat ini masih terus berkembang, yakni beliau difitnah membunuh Syekh Siti Jenar. Kenapa cerita ini dikatakan fitnah? simak pembahasan menurut sejarawan.

Menurut sejarawan muslim Shohibul Faroji Al-rabani mengatakan bahwa : cerita tentang kematian Syekh Siti Jenar yang dibunuh oleh Sembilan Wali merupajan ke bohongan. Enggak ada literatur primernya. Cerita bercerita fiktif yang ditambah-tambahkan, agar terkesan spektakuler. Sebab sangat tidak mungkin Para wali songo itu membunuh seorang muslim yang masih memiliki iman dihatinya.

Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia, Azyumardi Azra pristiwa hukuman mati terhadap Syekh Siti Jenar dan tuduhan menyebarkan ajaran menyimpang adalah ulah penjajah Belanda dengan memecah belah umat Islam agar selalu bentrok antara Ulama Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Lebih lanjut, menurut Azyumardi Azra, Belanda bahkan sudah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera atau Politik Pecah Belah.

Menurut Agus Sunyoto : cerita yang terkandung didalam Serat Syekh Siti Jenar dibuat untuk memecah umat Islam. Didalamnya diceritakan Syekh Siti Jenar dibunuh oleh salah satu Wali Songo yakni Sunan Kalijaga. Padahal menurut penelitianya menyimpulkan bahwa Syekh Siti Jenar meninggal dalam keadaan biasa.

Demikian ulasan dari kami, maaf jika ada yang salah silakan tinggalkan di dalam kolom komentar biar kami bisa merevisi ulang artikel ini, terima kasih sudah membaca artikel kami