Isi Prasasti Kota Kapur

Isi Prasasti Kota Kapur, Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur


Isi Prasasti Kota Kapur- Setelah sebelumnya kita membahas tentang prasasti Talang Tuo dan Prasasti Kedukan Bukit yang mana semuanya merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan menjadi Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya.


Disini kita akan mencoba membahas dan menganalisis mengenai Isi Prasasti Kota Kapur berdasarkan sumber-sumber yang ada dan juga beserta kontroversi penterjemahan yang ada.


Perlu diketahui! Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pesisir Barat pulau Bangka, letaknya di Dusun Kotakapur sekaligus Prasasti ini dinamakan sesuai dengan lokasi penemuannya. Baca Juga Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya lainya.


Menurut para Arkeolog Prasasti Kota Kapur berbahasa Melayu Kuno dengan ditulis menggunakan aksara Pallawa.

 

Prasasti Kota Kapur ditemukan oleh seorang yang bernama J.K Van Der Meulen pada bulan Desember 1892. Ada beberapa hal yang menarik pada Prasasti ini yaitu ternyata Prasasti ini adalah Prasasti tertua yang menceritakan Kerajaan Sriwijaya.


Prasasti Kota Kapur pertama kali diteliti oleh seorang bernama H. Kern. Dia adalah seorang ahli Epigrafi berkebangsaan Belanda dan bekerja di Bataviaasch Genootschap.


Pada penelitian Kern dia menyimpulkan bahwa nama Sriwijaya bukan nama kerajaan melainkan nama seorang raja yang berkuasa disana.


Kemudian penelitian dilanjutkan oleh George Coedes yang mengungkapkan bahwa nama Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan bukan nama Raja, ia juga berkata kerajaan ini terletak di Pulau Sumatra dan berfiri sejak Abad ke 7 M.


Menurut Coedes, kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Maritim yang kuat yang memiliki wilayah sangat luas bahkan sampai ke semenanjung Malaya dan Thailand Selatan.


Sayang sekali Prasasti Kota Kapur yang asli saat ini berada di Museum Rijksmusem(Museum Kerajaan) di Amsterdam, Belanda dengan setatus sebagai barang pinjaman dari Museum Nasional Indonesia.


Isi Prasasti Kota Kapur


Bagaimana Isi Prasasti Kota Kapur? pastinya kalian sudah tidak sabar lagi ingin mengetahui isi Prasasti ini kan, ok untuk mempersingkat waktu mari kita masuk kepembahasan inti.


Menurut Beberapa Sejarahwan, Prasasti ini ditulis pada masa raja terkenal Kedatuan Sriwijaya yakni Dapunta Hyang. Prasasti ini memiliki ukuran tinggi mencapai 177cm dan lebar dibaguan bawah 32 cm dan bagian atas 19 cm.


Menurut sember dari Wikipedia Isi Prasasti Kota Kapur adalah sebagai berikut:


Siddha titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan tandrun luah makamatai tandrun luah vinunu paihumpaan hakairum muah kayet ni humpa tunai.Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kita savanakta devata mahardika sannidhana. manraksa yan kadatuan çrivijaya. kita tuvi tandrun luah vanakta devata mulana yan parsumpahan.

paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun. Samavuddhi lavan drohaka, manujari drohaka, niujari drohaka talu din drohaka. tida ya.

Marppadah tida ya bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan diiyan nigalarku sanyasa datua. dhava vuathana uran inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu çriwi-

jaya. Talu muah ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan vuatna jahat. makalanit uran. makasuit. makagila. mantra gada visaprayoga. udu tuwa. tamval.

Sarambat. kasihan. vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha. pulan ka iya muah yan dosana vuatna jahat inan tathapi nivunuh yan sumpah talu muah ya mulam yam manu-

ruh marjjahati. yan vatu nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah talu, muah ya mulan. saranbhana uran drohaka tida bhakti tatvarjjava diy aku, dhava vua-

tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti tatvjjava diy aku. dngan di yam nigalarku sanyasa dattua. çanti muah kavuatana. dngan gotrasantanana.

Samrddha svasthi niroga nirupadrava subhiksa muah vanuana paravis chakravarsatita 608 din pratipada çuklapaksa vulan vaichaka. tatkalana

Yan manman sumpah ini. nipahat di velana yan vala çrivijaya kalivat manapik yan bhumi java tida bhakti ka çrivijaya.

Dan berikut ini adalah terjemahan menurut George Coedes :

The success! (with an incantation that doesn't understand its meaning)

All powerful gods, who are gathering together and protecting the savior's coming; You men of gods who started all the oaths!

When in the interior of all the regions under this land there will be persons of great assistance who conspire with the rebels, who speak with the rebels, who listen to the word of the rebel;

Who knew the rebellious, who were not respectful, who were not submissive, who were not loyal to me and to those who by me were appointed as datu; Let those who practice these works be damned let an expedition against them immediately under the leadership of datu or some sriwijaya, and let them

Condemned with his clan and family. After all let him do evil things; It is such a nuisance: the calm of people's souls, the sick, the driving of lunatics, using spells, poisons, the peelings and the tuba, the marijuana,

Still, avaaid, imposing their own will upon others and so forth, may they fail and smite the guilty ones doing the evil deed; So that they may die under the curse. Moreover let those who incite people

In order to corrupt, to damage the stone that was placed in this place, death was also cursed; And a swift punishment. Let the murderers, the rebels, those who aren't devoted, who aren't loyal to me, let the perpetrators of these ACTS

Death by curse. But if people fall loyal to me and to those who by me are appointed as datu, then their efforts are endowed, as well as their clan and family

With success, indulgence, health, freedom from calamity, abundance of his all their lands! The 608 doppelganger year, the first day of the moonlight of the waisakha (February 28, 686 AD), was then

The curse is pronounced; The understanding went on when sriwijaya's army had just left to attack the bhumi Java that didn't surrender to Sriwijaya.

Artinya :

Keberhasilan ! (disertai mantra persumpahan yang tidak dipahami artinya)

Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kedatuan Sriwijaya ini; kamu sekalian dewa-dewa yang mengawali permulaan segala sumpah !

Bilamana di pedalaman semua daerah yang berada di bawah Kadatuan ini akan ada orang yang memberon­tak yang bersekongkol dengan para pemberontak, yang berbicara dengan pemberontak, yang mendengarkan kata pemberontak;

yang mengenal pemberontak, yang tidak berperilaku hormat, yang tidak takluk, yang tidak setia pada saya dan pada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu; biar orang-orang yang menjadi pelaku perbuatan-perbuatan tersebut mati kena kutuk biar sebuah ekspedisi untuk melawannya seketika di bawah pimpinan datu atau beberapa datu Sriwijaya, dan biar mereka

dihukum bersama marga dan keluarganya. Lagipula biar semua perbuatannya yang jahat; seperti mengganggu :ketenteraman jiwa orang, membuat orang sakit, membuat orang gila, menggunakan mantra, racun, memakai racun upas dan tuba, ganja,

saramwat, pekasih, memaksakan kehendaknya pada orang lain dan sebagainya, semoga perbuatan-perbuatan itu tidak berhasil dan menghantam mereka yang bersalah melakukan perbuatan jahat itu; biar pula mereka mati kena kutuk. Tambahan pula biar mereka yang menghasut orang

supaya merusak, yang merusak batu yang diletakkan di tempat ini, mati juga kena kutuk; dan dihukum langsung. Biar para pembunuh, pemberontak, mereka yang tak berbakti, yang tak setia pada saya, biar pelaku perbuatan tersebut

mati kena kutuk. Akan tetapi jika orang takluk setia kepada saya dan kepada mereka yang oleh saya diangkat sebagai datu, maka moga-moga usaha mereka diberkahi, juga marga dan keluarganya

dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebas­an dari bencana, kelimpahan segala­nya untuk semua negeri mereka ! Tahun Saka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha (28 Februari 686 Masehi), pada saat itulah

kutukan ini diucapkan; pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Sriwijaya baru berangkat untuk menyerang bhumi jawa yang tidak takluk kepada Sriwijaya.


Dari isi Prasasti Kota Kapur diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa Kerajaan Sriwijaya sudah dapat menguasai seluruh Pulau Sumatra bagian selatan termasuk Lampung dan Bangka Belitung. Baca Juga Isi Prasasti Ligor


Kemudian didalam Prasasti ini seorang yang bernama Sri Jayanasa telah melakukan ekpedisi militer ke Pulau Jawa yang dinilai tidak mau tunduk kepada Sriwijaya.