Biografi Amir Syarifudin : Lengkap

 Amir Syarifudin

Biografi Amir Syarifudin
Amir Syarifudin



Amir Syarifudin adalah salah satu Tokoh Sumpah Pemuda dia juga seorang politikus sosialis dan salah satu pejabat negara di awal kemerdekaan Republik Indonesia. Ia menjabat sebagai Perdana Menteri pada masa orde lama namun akhirnya pada tahun 1948 dia dieksekusi mati karena terlibat pemberontakan Komunis di Madiun.

Amir menjadi tokoh penting pada pergerakan kemerdekaan, bisa dikatakan dia termasuk Founding Fathers (Bapak Pendiri Bangsa) selain Soekarno, Hatta, dan Sutan Syahrir, bedanya beliau ini justru diabuang dan diabaikan.

Cukup menarik membahas Biodata Amir Sjarifuddin, meskipun dia adalah tokoh kiri (Komunis) namun tidak lah elok jika kita menghilangkan jasa-jasa dalam perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia.

Biografi Amir Syarifudin


Mr. Amir Syarifudin lahir pada tanggal 27 April 1907 di Medan, Sumatera Utara, dia lahir dari keluarga muslim dan memiliki darah suku Batak sekaligus sebagai keluarga aristokrasi Sumatra di kota Medan.

Latar belakang Keluarga Amir yang kaya dan kemampuan Intelektualnya (cerdas) mampu memudahkan beliau belajar di sekolah-sekolah elit di kampungnya. Baca Juga Biografi Wr Supratman

Berawal dari jenjang pendidikan sekolah dasar ELS (Diperuntukan untuk anak-anak dari keluarga elit) di Medan sekitar tahun 1914 dan lulus pada bulan Agustus 1921, kemudian dia lanjut lagi ke Leiden, Belanda atas tawaran dari sepupunya yang bernama T.S.G Mulia salah seorang anggota Volksraad.

Amir sangat menikmati proses pendidikanya di Leiden, beberapa tahun setalah kedayanganya dia menjadi anggota sekaligus pengurus organisasi Perhimpunan Siswa Gymnasium di Haarlem, Belanda.

Disini Amir Syarifudin mendapatkan teman-teman baru dan kerap kali terlibat aktif dalam forum diskusi mahasiswa kristen di CSV op Java yang kini berubah menjadi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) GMKI. Selama di Leiden dia numpang tinggal dirumah gurunya beragama Kristen bernama Calvinis Drik Smink.

Setelah lulus ujian tingkat ke dua pada bulan September 1927, Amir Sjarifuddin kembali kekampung halaman nya diakibatkan ada masalah keluarga. meskipun sudah didesak oleh teman-temanya untuk tetap tinggal sampai pendidikanya selesai.

Setelah beberapa bulan kemudian Amir pergi ke Batavia dan menumpang di rumah sepupunya untuk melanjutkan pendidikan masuk ke Sekolah Hukum Batavia. lalu dia pindah lagi ke astamah pelajar Indonesisch Clubgebouw, Kramat 106 yang ditampung oleh senior nya yakni Mr. Muhammad Yamin.

Menjelang invansi Jepang ke Hindia Belanda, pak Amir terus berusaha untuk menyetujui dan menjalankan Faham Komunis Internasional untuk melawan kaum Kapitalis yang menghancurkan Fasisme. 

Para anggota kabinet dan gubernur Jendral meminta Amir Sjarifuddin untuk menggalang kekuatan anti fasis agar mau bekerjasama dengan dinas rahasia Belanda dalam menghadapi kedatangan Jepang.

Namun planing tersebut justru kurang mendapatkan dukungan dari rekan-rekan amir sendiri, mereka masih belum pulih kepercayaanya akibat keselah fahaman strategi Amir dalam melawan Jepang diawal sekitar tahun 1940.

Seterusnya Amir ditangkap Jepang pada bulan Januari tahun 1943 karena terbongkarnya jaringan organisasi anti fasisme Jepang yang mana beliau ini merupakan dedengkotnya, melalui beberapa persidangan pada 1944 dia diadijatuhkan hukuman penjara dan yang paling berat adalah hukuman bagi para pemimpin Gerindo dan Partindo Surabaya.

amir syarifudin berusaha mengganggu pemerintahan hatta dengan membentuk koalisi yang dinamakan Forum Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 24 Februari 1948 yang terdiri dari partai-partai sayap kiri, dan beliau menjabat sebagai ketuanya.

Amir Syarifudin, Biografi Amir Syarifudin Singkat, Biografi Amir Syarifudin Lengkap, Biografi Amir Syarifudin



Perjuangan Amir Syarifudin Era Kebangkitan Nasional

Amir Syarifudin adalah penganut agama Kristen yang patuh. Bisa dibuktikan, beberapa detik terkhir hidupnya, ia menggengam Alkitab saat ditembak.Sebuah document Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service (NEFIS), mengatakan, lembaga rahasia yang dipegang Van Mook, 9 Juni 1947 menulis mengenai Amir; "dia memiliki dampak besar di kelompok massa dan orang yang tidak mengenali kata takut".

Pada September 1927, sekembalinya dari Belanda, Amir masuk Sekolah Hukum di Batavia dan tinggal di asrama siswa Indonesisch Clubgebouw, Kramat nomor 106. Dalam perjuangkan kemerdekan Indonesia, ia turut serta bermacam gerakan bawah tanah.Tahun 1931, Amir membangun Partai Indonesia (Partindo). Lantas, membangun Pergerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) sambil menulis dan jadi redaktur "Poedjangga Baroe". berjuang untuk pembebasan dari belenggu penjajah, benih-benih perjuang itu juga semakin mekar saat Amir berjumpa beberapa figur pejuang seperti Mr. Muhammad Yamin, Muhammad Husni Thamrin. 

Disana Amir aktif dialog Politik Indonesia bersama beberapa figur saat itu.Di bulan Januari 1943 ia ketangkap oleh fasis Jepang, karena dipandang pemberontak. Peristiwa itu membedah jaringan, organisasi anti fasisme Jepang yang dimotori Amir. 

Nantinya saat jadi Menteri Pertahanan, mengusung beberapa pembantunya yang paling dekat, rekan-rekan satu gerakan.Saat memegang Menteri Pertahanan, Amir tidak sependapat pada peraturan Hatta karena pengurangan jumlah tentara, dari 400 ribu jadi 60 ribu tentara. Menurut dia, seharusnya tentara berjumlah satu banding tiga, satu tentara untuk jaga 3 orang warga. Lantas, di Kabinet Sjahrierpada tanggal 12 Maret 1946, Amir Sjarifuddin dipilih jadi Menteri Pertahanan dari Partai Sosialis, dan masa yang akan datang berafiliasi dengan Komunis.

Amir Syarifudin Meninggal Dunia


Amir Sjarifuddin yang merupakan Tokoh PKI mendapatkan satu masalah berat yakni ketika di Awal Kemerdekaan terjadi beberapa kali pemberontakan, salah satunya adalah peristiwa Madiun 1948 dimana PKI berupaya membentuk negara Komunis disana, akhirnya pemerintah menyatakan perang dengan PKI.

Saat Amir berada di Yogyakarta dalam acara Kongres Serikat Buruh Kereta Api disingkat SBKA secara tiba-tiba ditangkap dengan 11 orang lainya dan dibawa ke penjara Solo.

Kemudian tanggal 19 Desember 1948 Amir Syarifudin wafat akibat ditembak oleh seorang letnan Pokisi Militer di dekat desa Ngalihan pada pukul tengah malam.

Menurut pengakuan penduduk, sebelum kejadian itu mereka diperintahkan untuk membuat lubah besar, dan mereka melihat ada sekitar 11 orang keluar dari truk dan salah satunya adalah Amir Sjarifoeddin.